(Mungkin) Saya Paranoid

Akhir-akhir ini saya sangat sering mengkonsumsi berita-berita kriminal. Entah mengapa saya tertarik untuk membuka situs-situs yang berbau pembunuhan, kekerasan dan pencurian. Sekadar untuk mencari informasi dan sebagai bentuk kewasapadaan bahwa kriminalitas itu mengintai setiap saat. Apalagi, setelah membuka berita online yang menuliskan judul kekerasan dengan tambahan sensasi, kriminalitas itu jaraknya tidak lebih lima kilo meter dimana saya berdomisili. 

Mau tak mau saya juga menjadi percaya dan sedikit paranoid. Bisa saja orang jahat bertambah. Penjahat ada di mana-mana.  Apalagi sepuluh hari belakangan ini, saya tidak bisa tidur nyenyak di malam hari. Tidur pun seperti prajurit yang setiap saat siap berperang. Pisau dan benda tajam lainnya kami-anak kosan- menyelipkan di balik bantal untuk berjaga-jaga. Untuk keluar kamar pada sepertiga malam pun kami harus berdua dengan senjata di tangan. Saya tidak terbiasa dengan kondisi ini.
doc:syiahmalaysia.blogspot.com

Pasalnya, menurut tetangga ada 'orang' yang setiap malam naik ke atas atap.  Entah ingin mencuri atau karena psikopat. Dengan dasar bunyi keras seperti orang berlari di atas genteng menjadi asumsi bahwa ada orang yang mengintai. Informasi pun disebar ke tetangga dan berpindah dari mulut ke mulut. Pihak keamanan menganggap itu hanya bunyi biasa dan tidak terjadi apa-apa. 

Alhasil, kami tetap seperti malam-malam sebelumnya dengan persiapan genderang perang. Tadi malam, kami berencana untuk menjebak -mungkin orang- yang selama ini membuat saya memiliki mata panda karena kebanyakan begadang.

Baru kali, pukul 10.00 pm saya tertidur karena kelelahan. Tengah malam, saya terbangun karena mendengar suara di pintu seperti suara ketukan. Bergegas bangun, saya kira telah waktunya untuk mengeksekusi 'orang' yang telah mengganggu hidup kami lahir dan batin. Pisau di tangan tapi, saya ragu jangan-jangan 'orang' itu yang telah masuk ke rumah. Saya menghubungi teman sebelah kamar, rupanya ia tidak mendengar apa-apa dan mungkin saya bermimpi. Saya tetap duduk sambil memegang pisau dan mengecek jendela. Tak terjadi apa-apa.

Tak berselang lama, seseorang mengetuk pintu. Saya bangkit sambil meraba pisau yang terasa dingin di bawah bantal. Pintu dibuka, ternyata teman kosan. "Mbak.... liat dus modem gak? 

Guuubraaaaaak.... tengah malam cari dus modem. Untuk apa coba? Tanpa muka bersalah, ia bilang "Parno banget sih..." dan kembali ke kamarnya.

Saya mencoba memejamkan mata. Ketakutan yang berlebihan. Entah sampai kapan,  gamang dalam bayang-bayang 'orang' dari genteng. Pindah tempat tinggal bukan pilihan yang tepat. Di mana pun keamanan juga tidak terjamin. Toh, saya hanya mau memastikan benarkah ia benar manusia atau hanya sekadar halusinasi tetangga...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saraba atau Sarabba' Dialek yang Berbeda

(a)Susila di Negeri Raja

Dilema TVRI, Afiliasi Politis