Informasi Gratis Lewat Koran Dinding

Tak ada yang aneh dari gambar di samping. Seorang Bapak yang sengaja singgah di sebuah koran dinding di sudut Stadion Dipenogoro. Meskipun, menjelang magrib dan suasana mulai gelap, ia memandangi satu persatu lembaran koran  yang khusus dipasang  koran lokal. 

doc:ist

Entah ia tidak mendapatkan koran di jalan atau mungkin ia lebih memilih membaca koran dengan gratis. Bagi sebagian orang mungkin hal yang wajar dan biasa. Tapi, bagi saya ini hal yang menarik. Di tengah maraknya media cetak yang mengurangi oplah penerbitannya karena tergerus media online. Justru ada media yang secara gratis membagi informasi. Tanpa memikirkan keuntungan melalui penjualan koran secara eceran. 

Di sisi lain, saya juga salut dengan Bapak dan orang-orang yang menyempatkan waktunya untuk mencari informasi, meskipun, mereka memiliki motif yang berbeda untuk membaca koran. Apalagi dengan kecanggihan teknologi, segala informasi dapat diperoleh melalui internet dalam waktu yang singkat. Tentu tak sedikit pula informasi yang instan.

Saya teringat dengan koran dimana saya bergabung selama empat tahun. Koran yang kami terbitkan   dibagikan gratis kepada pembaca. Namun, ada yang membaca namun sedikit yang mengacuhkannya. Secara konten dan segmentasi koran kami cukup mumpuni. Maka saya berkesimpulan, mungkin minat membaca kurang atau mungkin mereka tidak punya waktu untuk sekadar membuka lembaran koran. Terkadang saya sedih menyaksikan koran yang dibagi menjadi alas duduk dan sekadar menjadi sampah. Apalah arti koran itu bagi orang lain, tapi bagi saya disitulah jiwa yang mengalir di setiap kata yang tertulis. 

Nostalgia itulah yang membuat saya kagum dengan antusias orang yang mau membaca koran. Kagum dengan semangatnya untuk mencari informasi, mungkin dengan keuangan terbatas. Kagum dengan koran yang mau menyediakan informasi gratis kepada masyarakat. Di tengah persaingan menjual koran eceran dengan harga seribu rupiah.