Imitasi Secantik Orang Korea

Berapa serial korea yang Anda miliki di dalam laptop Anda? Apakah Anda pecinta fanatik K-pop ? Apakah Anda selalu menantikan serial korea di dua stasiun berbeda dalam minggu terakhir ini? Yup, beberapa minggu ini sebuah televisi swasta menayangkan serial korea yang didubing oleh artis Indonesia. Suara artis inilah yang yang menjadi promosi oleh stasiun televisi tersebut.
doc:jhuliandroid.blogs

Rupanya, promosi ini tidak berlaku bagi rekan saya. Ia lebih memilih film korea di chanel yang berbeda. Mungkin alur cerita di tv berjaringan ini lebih menarik dibandingkan film yang didubing oleh artis ibu kota itu. Sehingga, pilihan chanel lain katanya lebih menarik.  

Meskipun, film korea mudah di dapatkan dengan serial yang panjang bisa disimpan bentuk file, namun tetap saja ia tetap menunggu tayang  per episode setiap malam melalui chanel tv berjaringan. Ini hanya satu cerita dari  ribuan pecinta film korea dalam bahasa Korea disebut Hallyu "Korean Wave" (mengacu pada popularitas budaya populer Korea di China) yang merelakan waktu menikmati budaya negeri gingseng tersebut.

Kemunculan fenomena Hallyu yang kini danggap sebagai sebuah industri budaya dominan yang sedang melakukan homogenisasi di berbagai negara termasuk di Indonesia. Fenomena penciptaan-kembali (recreaction) budaya dalam pemikiran Theodore Adorno dan Max Horkheimer dapat dianalogikan sebagai wujud penipuan massal yang dilakukan oleh industri budaya. Produk budaya yang dihasilkan berada di bawah pengaruh monopoli struktur budaya  yang dicanangkan Korea Selatan. Hallyu merupakan hasil bayang-bayang komunitas imperialis yang ditujukan untuk melakukan monopoli berupa hegemoni budaya.

Selain itu, ideologi kulit putih  menjadi warisan melalui struktur budaya hallyu. Imperialisme kulit putih berbeda dengan konstruksi kulit putih orang barat. Cantik menurut hallyu seperti dipertontonkan dalam film korea maupun K-pop yaitu, tinggi, langsing dan wajah putih mulus. 

Pernah melihat iklan produk kecantikan versi Gita Gutawa pada salah satu scene rekannya bertanya pada Gita " Kamu punya fans sampai Korea?" Iklan menggambarkan wajah cantik Gita juga dikagumi orang Korea yang notabene katanya memiliki kulit mulus. Iklan ini memiliki tentu memiliki referensi bahwa cantik itu yah seperti orang Korea itu. Bukan hanya wanita, laki-laki versi orang Korea melahirkan 'laki-laki cantik' yang justru ditiru oleh orang Indonesia. Lihat saja Boyband yang sekarang lagi naik daun. Cantik dan putih semakin dikukuhkan dengan adanya imitasi hallyu di mana-mana.

Kellner misalnya, menjelaskan institusi seperti film dapat merekayasa pemikiran masyarakat ke dalam tatanan yang mapan, mengarahkan masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan cara hidup serta pola keyakinan  dan perilaku yang mapan. Maka, berbagai merek kecantikan dengan label dari negeri gingseng tersebut laku di pasaran. Mungkin setiap orang akan rela merogoh kocek dalam-dalam untuk memiliki wajah plastik asli tapi palsu. Para wanita sibuk mengikuti konsultasi kecantikan dan menjalani perawatan tubuh wajah untuk mendapatkan wanita seideal orang Korea.

K-pop dan Film Korea berperan sebagai sarana mediasi ideologis yang menerjemahkan ideologi hegemonik ke dalam kesadaran masyarakat sehari-hari dan berfungsi sebagai sarana ‘pengaturan tidak langsung’ (indirect rule) yang merupakan kekuatan dahsyat bagi kohesi dan stabilitas sosial. Dengan kesadaran palsu ini setiap orang bisa memberikan standar kecantikan dan ketampanan seseorang seperti orang orang Korea. Standar inilah yang tidak menempatkan saya di atas standar orang Korea karena memiliki kulit hitam dan tubuh gemuk. 


Referensi:

Mei, Ruth dkk.2013.Ekonomi Politik Media Sebuah Kajian Kritis. Yogyakarta: Lingkar Media

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saraba atau Sarabba' Dialek yang Berbeda

(a)Susila di Negeri Raja

Dilema TVRI, Afiliasi Politis