Berpikir Tanpa Perlu Eksistensi

Cogito ergo sum "Aku berpikir maka aku ada" . Kalimat yang dikemukakan oleh Descartes ini cukup memberikan gambaran bagaimana manusia seharusnya. Eksistensi manusia ditentukan oleh kemampuannnya berpikir. Kalimat ini biasanya menjadi pembuka bagi seseorang yang belajar filsafat. Terkadang juga kalimat ini diubah menjadi "aku berbelanja maka aku ada" dan beberapa kalimat ubahan lainnya.

Namun dari sudut pandang orang kedua, pemikiran ini saya anggap anomali. Bagaimana tidak, keberadaan seseorang ditentukan oleh kemampuannya berpikir. Jika seseorang dianggap kurang berpikir atau tidak menunjukkan hasil pemikirannya maka dia dianggap tidak ada.

Kesimpulan itu saya temukan sendiri. Suatu hari saya bertemu dengan seseorang  yang mampu menunjukkan buah pikirnya dibandingkan anggota kelompoknya. Secara otomatis orang-orang di sekelilingnya menganggapnya ada dan hampir setiap keputusan penting membutuhkan persetujuannya.

Di satu sisi,  pendapat yang dimilikinya menjadi dominan dan menganggap orang-orang lain tidak ada. Dalam artian kemampuan orang-orang di sekelilingnya sama dengan nol. Orang-orang yang tidak berpikir dan tentu saja keberadaannya nihil.

Tak sedikit orang yang menganggap orang lain rendah dibandingkan dengan dirinya. Disebabkan ketidakmampuan seseorang menunjukkan hasil pemikirannya. Descartes tentu tidak bermaksud demikian saat mengungkapkan kalimat tersebut. Tapi, ini berlaku bagi siapa saja yang dianggap tidak berpikir. Mungkin berpikir cukup dinikmati sendiri tanpa perlu eksistensi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saraba atau Sarabba' Dialek yang Berbeda

(a)Susila di Negeri Raja

Dilema TVRI, Afiliasi Politis