Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Adiksi Bermedia Sosial

Gambar
Hari ini, Jumat (19/7) saya terbangun di pagi hari karena merasa kegerahan. Apa pasalnya? Kipas angin yang saya pakai rupanya mati. Saya pun bergegas bangun dan mendapati seluruh ruangan gelap gulita. Ternyata mati lampu.  Listrik padam hingga saya melanjutkan aktivitas di kampus. Tak ada tanda-tanda listrik akan bekrja seperti biasanya. Alat elektronik seperti Handphone yang memang tidak sempat saya cash otomatis mati seharian. Tak ada komunikasi via internet. Saya dan kawan-kawan yang semula berencana mengerjakan tugas terpaksa mengurungkan niat dan beralih untuk membahas hal-hal lain di luar tugas kuliah. sumber: tanya.dok.com Saya pun berusaha mencari tempat yang kemungkinan aliran listriknya tetap nyala. Akhirnya, saya memilih ke Mall yang notabene tidak listriknya tidak padam. Alhasil, siang hingga sore saya duduk di salah satu tempat yang menjual makanan cepat saji karena pertimbangan wifi. Hari ini sepertinya sangat panjang dilalui tanpa listrik dan wifi. Saya

Rasional yang Tidak Rasional

Dalam sudut pandang Weber tentang masyarakat, muncul rasionalisasi. Weber melihat birokrasi sebagai pokok dari rasionalisasi. Praktik dalam rasionalisasi dapat ditemukan dalam kebiasaan orang-orang, aktivitas sehari-hari yang merefleksikan ketertarikan mereka. Menurut Weber, rasionalitas mencari cara dalam pencapaian yang bermaksud untuk meningkatkan perhitungan tepat atas suatu alat. Manusia cenderung menghitung dan akhirnya memilih alternatif terbaik. Rasionalitas melibatkan nilai yang memandu orang-orang dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dikaitkan dengan aksi di bidang ekonomi. Perhatian utama para enterpreneur dalam sistem kapitalis yang mendukung rasionalisasi adalah dengan jalan mendapatkan keuntungan banyak bahkan dengan meninggalkan etika. Hal ini menyebabkan dominasi para pekerja lebih  pada enterpreneur. Rasionalitas dapat dibuat dan dihadirkan untuk dominasi dari dunia modern, dunia barat, dan dunia industri. Weber melihat birokrasi sebagai lambang dari dom

Mc Journalism Adopsi Prinsip McDonald

Wacana McJournalism  muncul sebagai proses rasionalisasi dan birokrasi yang dicetuskan oleh Max Weber (1974). George Ritzer mengadopsi wacana tersebut dan menyebutnya dengan istilah restoran cepat saji yang berdasarkan prinsip efisiensi, kalkulasi, perkiraan dan mengintensifkan proses rasionalitas yang mencirikan modernitas. Ritzer memberi julukan dengan istilah McDonaldization dengan alasan karena pentingnya meningkatkan standar, kemasan jurnalistik yang tercerminkan dari McDonalization. Bagi Ritzer, mengartikulasikan bahwa kata 'proses penerapan prinsip-prinsip dari restoran cepat saji telah mendominasi lebih banyak sektor kehidupan masyarakat Amerika serta seluruh dunia '(Ritzer, 1993: 1; Schlosser 2002). Ada empat dimensi untuk McDonaldization: a) Prinsip efisiensi. Prinsip ini dikenal secara luas di dalam dunia bisnis. Berdasarkan kepada prinsip Fordism ( assembly line ), scientifis management, dan prinsip birokrasi, maka restoran Mcdonald’s dikelola secara sangat

Raja Uang

Bagaimana yah rasanya menjadi presiden. Tiba-tiba saja saya berpikir seperti itu. Para politisi saat ini sedang gencar-gencarnya mencoba meraih kekuasaan. Ingin duduk di kursi presidenan. Apa yang mereka cari? Kekuasaaan? Uang? Banyak jawaban atas pertanyaan itu. Jika mereka punya uang tentu mereka punya kekuasaan, demikian pula sebaliknya.  Tak sedikit dari mereka yang berlatar belakang pengusaha. Mungkin ungkapan bahwa uang bukan segalanya bisa terbukti disini. Orang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimilikinya. Raja itu sebenarnya bukan hanya uang tapi juga kekuasaan. Kuasa untuk mengatakan ya atau tidak, menguntungkan taua tidak. Toh negara kita, Indonesia ini digerakkan oleh aturan pasar. Siapa yang untung siapa yang rugi.  Saya teringat dengan seseorang yang ingin maju pada pemilu 9 April. Selama ini, ia mungkin tidak pernah menginjakkan kaki di rumah. Karena keinginannya untuk maju pada pemilihan nanti, ia datang mengaku sebagai keluarga. Mungkin saja dia keluar

Majuko Gondrong!!!

Almamater saya tiba-tiba heboh. Bukan karena adanya penemuan baru dalam ilmu pengetahuan atau seorang dosen meraih penghargaan atas dedikasinya dalam dunia pendidikan. Keramaian terjadi di depan rektorat yang dilakukan oleh puluhan mahasiswa yang menolak adanya surat keputusan yang melarang mahasiswanya gondrong. Informasi ini saya dapatkan melalui media sosial. Komentar miring pun ditujukan karena adanya peraturan ini. Ada yang salah jika seseorang gondrong? Hal mendasar apa yang melarang gondrong mendapatkan ilmu pengetahuan? Apa yang salah jika laki-laki memajangkan rambutnya? Terkait kesopanan? Sudahlah, untuk bicara kesopanan hari ini. Gondrong bukan kriminal. Selama ini yang kita lihat, lebih banyak orang rapi dan berdasi yang masuk bui. Saya pikir penampilan  bukan jaminan penentuan baik dan buruknya perilaku sesorang. Gondrong pun tidak seseram yang dibayangkan oleh orang-orang yang mata dan hatinya buta. Lihat saja aktor Nicholas Saputra wajah gantengnya tentu tidak a

Drama Capres ala Tukang Becak

Tahun politik benar-benar dimanfaatkan oleh orang-orang yang menginginkan kekuasaan. Apa saja bisa dilakukan untuk menarik simpati masyarakat. Salah satunya calon presiden yang membuat reality show di salah satu stasiun swasta. Dalam tayangan itu capres tersebut berpura-pura menjadi tukang becak di Solo. Dalam tayangan yang berdurasi tiga puluh menit itu, capres tersebut kemudian memberikan becak miliknya kepada seorang tukang becak yang sebenarnya. Tak lama kemudian ia menunjukkan wajah aslinya dengan menghapus kumis dan cambang palsu di wajahnya. Serentak orang-orang di sekelilingnya datang menyalami capres tersebut. Melihat tayangan itu, saya seperti menyaksikan drama atau sinetron untuk menyaingi tukang bubur naik haji. Tapi, tayangan ini bercerita tentang tukang becak. Saya juga membayangkan tayangan ini mirip-mirip dengan 'andai aku menjadi' atau tayangan yang menjual kemiskinan sebagai cara untuk meningkatkan rating. Tak ada bedanya pula dengan si capres yang me

SMS Suka Tipu-Tipu

Memiliki alat komunikasi yang serba canggih mungkin dambaan setiap orang. Ada sejumlah tag line yang mengusung tema "dunia di genggaman anda". Bukan hanya alat komunikasi yang canggih, handphone dengan berbagai merek hampir dimiliki setiap orang. Tapi, apa jadinya jika handphone yang kita miliki hanya berisi penipuan-penipuan. Isi sms di handphone saya yang mestinya terisi pesan pribadi justru dipenuhi oleh SMS menang undian, nomor togel ataupun penjualan barang elektronik.  Awal mulanya, saya mengira SMS ini disebabkan nomor handphone ini dituliskan ketika ketika mengisi pulsa. Sehingga, dengan mudah dimanfaatkan oleh penjual pulsa sebagai bahan transaksi. Tapi, analisis saya sedikit terbantahkan. Beberapa bulan ini saya mengisi pulsa melalui ATM. Dengan berbagai kemudahan dan harapan tidak ada lagi SMS penipuan ataupun nomor togel. Rupanya SMS seperti itu pun masih kerap muncul dalam seminggu. Jadi, jangan heran pesan pribadi saya isinya menang undian atau nomor to

Artis Nyaleg, Mungkin Saja

Tulisan ini sebenarnya bentuk kegerahan atas berita yang memojokkan Angel Elga. Dalam tayangan Talk Show, artis sekaligus calon legislatif ini dianggap memiliki pemikiran yang dangkal dengan jawaban-jawaban dianggap tidak memuaskan publik. Alhasil, tayangan itu menjadi bahan olok-olokan di Youtube dan media sosial. Ada yang salah jika seorang artis yang dianggap berimej "jelek" karena tampil di film horor ingin jadi caleg? Saya rasa setiap orang berhak dipilih dan memilih dalam pemilihan umum. Hal itu dengan jelas diatur oleh undang-undang. Ada yang salah? Kecuali ada larangan jika caleg yang memiliki masa lalu yang suram tidak boleh menjadi anggota legislatif. Kebebasan itulah yang seharusnya ada di negeri ini. Setiap orang berhak atas suara yang dimilikinya. Apalagi dengan penambahan label "mantan istri siri Raja Dangdut". Bandingkan saja dengan Presiden Perancis yang jelas-jelas pajabat negara diisukan selingkuh dengan Aktris Julie Gayet. Saya bukan penduku

Sisi Lain Adlina

Gambar
Apa kabarmu disana? Lama tak bersua. Saya hanya mendengar kabarmu melalui media sosial dan telepon.  Terakhir saya mendengar bahwa kamu akan ke Maumere dan beberapa tempat lain yang pernah kamu jelajahi.  Tak banyak sebenarnya kata yang bisa saya ungkapkan di usia mu yang semakin bertambah. Beberapa hal detil tak mungkin saya tuliskan disini, biarlah menjadi rahasia indah antara saya, kamu dan kita. Hanya doa tulus bahwa kamu akan selalu sehat demi mencapai mimpimu menjadi  menteri kelautan. Sangat sulit rasanya merangkai kata untuk sebuah kenangan yang hampir  lima tahun kita jalani. Kalimat yang saya tuliskan tidak mampu menggambarkan apa yang telah kita lalui sejak pertama kali kita menjalin namanya persahabatan. Terlalu melankolis rasanya,  seperti ingin cerita itu terulang kembali. Saya mengenalmu karena keluarga kecil. Persaudaraan yang rasanya begitu sangat dekat. Kita menyebutnya mufridah. Entah siapa pencetus nama itu, saya juga tak tahu. Persaudaraan yang meng

Namanya Indonesia

Lahir awal januari menjelang pemilu Galang rambu anarki dengarlah Terompet tahun baru menyambutmu Galang rambu anarki ingatlah Tangisan pertamamu ditandai bbm Membumbung tinggi (melambung) Reff: Maafkan kedua orangtuamu Kalau tak mampu beli susu Bbm naik tinggi Susu tak terbeli orang pintar tarik subsidi Mungkin bayi kurang gizi (anak kami) Galang rambu anarki anakku Cepatlah besar matahariku Menangis yang keras, janganlah ragu Tinjulah congkaknya dunia Doa kami di nadi mu *Iwan Fals Lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals mungkin bisa menjadi soundtrack 'opera sabun' yang berjudul Indonesia Raya. Lagu yang mencerminkan Indonesia yang tak pernah belajar dari kegagalan pemerintah sebelumnya.  Tahun baru yang kerap dirayakan dengan megah. Bahkan beberapa pemerintah daerah sengaja menghabiskan anggaran daerah untuk sekadar membeli kembang api yang harganya mencapai puluhan bahkan milyaran juta rupiah. Tak berapa lama, dalam hitungan hari sorak sorai tanda kehidupan akan

Dilema TVRI, Afiliasi Politis

Gambar
Enam belas April 2003 pemerintah akhirnya meresmikan status TVRI sebagai perusahaan jawatan menjadi perseroan terbatas. Perubahan status ini di satu sisi bisa jadi merupakan solusi bagi TVRI yang dihadapkan pada problem finansial sangat serius. Namun di sisi lain muncul persoalan karena UU penyiaran no. 32 tahun 2002 pasal 14 secara tegas menetapkan status TVRI sebagai penyiaran publik. Lembaga penyiaran publik didefinisikan melalui tujuan yang dicapai, yaitu meningkatkan kualitas hidup publik, secara khusus meningkatkan apresiasi terhadap keanekaragaman yang ada di tengah masyarakat dengan harapan menciptakan kehidupan yang harmonis diantara komunitas yang berbeda ( living in colors ). Dalam buku mass communication theory (2000:157), McQuail membagi enam fungsi penyiaran publik, yaitu (1) media penyiaran publik secara universal menjangkau seluruh wilayah geografis (2) media penyiaran harus menyajikan keberagaman selera, kepentingan dan kebutuhan  dan juga keberagaman pendapat d