Balita pun Ngebor

Lagi-lagi saya harus mengomentari tayangan televisi. Bukan karena saya antipati dengan semua tayangan yang ada. Tapi, mata saya cukup terganggu setiap kali memindahkan chanel ke beberapa tayangan televisi ketika mencari hiburan.

doc:youtube.com
Tayangan yang menampilknn dua anak kecil di satu panggung bersama dengan ibunya sedang goyang ngebor. Tayangan ini memang menampilkan bakat dari anak-anak atau kalau masih bisa disebut balita. Awalnya, balita ini menunjukkan bakat yang dimiliki seperti menyanyi, menari dan akting. Tapi atas perintah dari host, balita ini diminta untuk bergoyang dengan iringan lagu dangdut. Maka bergoyanglah si balita mengikuti ngebor ala pedangdut terkenal. Goyang yang diperkenalkan oleh seorang penyanyi dangdut yang dahulu kala menuai kontroversi. 

Miris juga menyaksikan balita diekploitasi di depan panggung yang justru didukung oleh ibunya. Dengan wajah sumringah balita-balita ini goyang ngebor di depan layar kaca. Meski tak dipungkiri, tayangan ini memberi wadah bagi para balita yang memiliki bakat untuk menguji kepercayaan diri di depan orang banyak. Tak diungkiri pula jika orang tua merasa bangga jika anaknya yang lucu dapat dikenal banyak orang. Tapi, bukankah ini hanya obsesi orang tua agar anaknya menjadi artis? Hanya karena menyimpulkan bahwa anak mereka suka bergaya dan berdandan di depan kaca sehingga layak ikut di ajang pencarian bakat?

Orang tua tidak menyadari bahwa balita seperti mereka masih membutuhkan kebebasan untuk bermain layaknya anak-anak yang lain. Bukan berupa tekanan untuk tampil di muka orang banyak mengikuti semua kemauan orang tua dan host acara. Para balita yang masih ingin menikmati masa kecil harus mengetahui kehidupan glamour dengan berdandan ala perempuan dan pria dewasa.

Ini kah tujuan mereka melahirkan anak ke dunia? Padahal setiap bayi yang lahir ke dunia doa yang diberikan adalah semoga menjadi anak yang berbakti kepada orang tua, berguna bagi agama, bangsa dan negara. Jarang atau bahkan tidak ada yang berdoa semoga anak yang lahir menjadi artis terkenal. Nyata, banyak balita yang masih belajar merangkak sudah dijadikan foto model, balita sehat dan pencarian bakat seperti yang saya sebutkan di atas. Bagaimana bisa berbakti kepada bangsa dan negara jika sejak dini diajarkan untuk patuh tanpa tahu mengapa harus bergaya disorot kamera.

Ironis memang, jika ibu yang seharusnya menjadi  pelindung justru menjadi corong dari industri televisi dengan menjebak balita yang lahir dari rahim mereka  masuk ke dalam kotak komersial. Dengan dukungan ibunya para balita itu goyang ngebor untuk memuaskan keinginan host dengan dalih menunjukkan kemampuan bergaya. Ini hanya bsesi orang tua yang gagal menjadi selebritis.

Seharusnya ibu mereka yang menjadi artis, bukan para balita yang memasang muka bingung mengikuti goyang ngebor balita di sebelahnya. Dipaksa bergoyang dan ibunya berkata, goyaaaang yuuuuuukk....



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saraba atau Sarabba' Dialek yang Berbeda

(a)Susila di Negeri Raja

Dilema TVRI, Afiliasi Politis