Namanya Indonesia

Lahir awal januari menjelang pemiluGalang rambu anarki dengarlahTerompet tahun baru menyambutmuGalang rambu anarki ingatlahTangisan pertamamu ditandai bbmMembumbung tinggi (melambung)
Reff:
Maafkan kedua orangtuamuKalau tak mampu beli susuBbm naik tinggiSusu tak terbeli orang pintar tarik subsidi
Mungkin bayi kurang gizi (anak kami)Galang rambu anarki anakkuCepatlah besar mataharikuMenangis yang keras, janganlah raguTinjulah congkaknya duniaDoa kami di nadi mu
*Iwan Fals

Lagu yang dinyanyikan oleh Iwan Fals mungkin bisa menjadi soundtrack 'opera sabun' yang berjudul Indonesia Raya. Lagu yang mencerminkan Indonesia yang tak pernah belajar dari kegagalan pemerintah sebelumnya. 

Tahun baru yang kerap dirayakan dengan megah. Bahkan beberapa pemerintah daerah sengaja menghabiskan anggaran daerah untuk sekadar membeli kembang api yang harganya mencapai puluhan bahkan milyaran juta rupiah.

Tak berapa lama, dalam hitungan hari sorak sorai tanda kehidupan akan lebih baik seakan sirna dengan adanya kenaikan harga elpiji hampir di seluruh Indonesia. Bukan kali ini, saja cenderung pemerintah seringkali menggunakan momen awal tahun untuk untuk menaikkan harga kebutuhan dasar masayarakat. Lihat saja beberapa tahun terakhir, setiap awal tahun, harga bbm melambung tinggi, harga tarif dasar listrik juga naik, harga kebutuhan pangan juga semakin tinggi. Bagaimana bisa kita mengatakan kehidupan kita akan lebih baik di tahun ini?

Harga kebutuhan dasar meningkat hanya karena alasan politis. Hanya untuk memenangkan kursi jabatan harus mengorbankan jutaan orang yang hidup dari gas alam. Gas yang diproduksi paling besar di dunia justru ada di Indonesia. 

Terlalu banyak dimensi politis yang masuk ke dalam sendi kehidupan kita. Kebutuhan dasar yang bergantung dari kebijakan orang-orang yang hanya mencari kepuasan dan kekuasaan.  Maka, jangan salah jika lahir Galang-Galang lain yang lahir karena orang tuanya tak mampu lagi membeli susu.