Drama Capres ala Tukang Becak

Tahun politik benar-benar dimanfaatkan oleh orang-orang yang menginginkan kekuasaan. Apa saja bisa dilakukan untuk menarik simpati masyarakat. Salah satunya calon presiden yang membuat reality show di salah satu stasiun swasta.

Dalam tayangan itu capres tersebut berpura-pura menjadi tukang becak di Solo. Dalam tayangan yang berdurasi tiga puluh menit itu, capres tersebut kemudian memberikan becak miliknya kepada seorang tukang becak yang sebenarnya. Tak lama kemudian ia menunjukkan wajah aslinya dengan menghapus kumis dan cambang palsu di wajahnya. Serentak orang-orang di sekelilingnya datang menyalami capres tersebut.

Melihat tayangan itu, saya seperti menyaksikan drama atau sinetron untuk menyaingi tukang bubur naik haji. Tapi, tayangan ini bercerita tentang tukang becak. Saya juga membayangkan tayangan ini mirip-mirip dengan 'andai aku menjadi' atau tayangan yang menjual kemiskinan sebagai cara untuk meningkatkan rating. Tak ada bedanya pula dengan si capres yang menjual kemiskinan tukang becak demi mendapat pencitraan yang baik dengan memberikan becak secara cuma-cuma.

Mungkin saja tukang-tukang becak itu bukan tukang becak yang sebenarnya. Bisa saja mereka dibayar untuk mendapatkan peran sebagai tukang becak. Entahlah. Padahal untuk mengerti masyarakat bawah tidak perlu berperan seperti tukang becak. Dengan sangat jelas kemiskinan yang dialami masyarakat, di lampu merah seringkali kita melihat anak yang baru lahir dijadikan pengemis, anak-anak yang seharusnya sekolah terpaksa mencari nafkah justru hidup di jalanan. 

Saya hanya tertawa melihat tayangan capres yang menjadi tukang becak. Ia menampilkan drama-drama politik yang sepertinya memang ada di layar televisi. Selama ini mereka buta sampai-sampai harus memerankan sendiri menjadi tukang becak. Peran yang juga pura-pura.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Saraba atau Sarabba' Dialek yang Berbeda

(a)Susila di Negeri Raja

Dilema TVRI, Afiliasi Politis