Akademisi Jangan Korupsi
the first duty of a university is to
teach wisdom, not trade.. character not technicalities
-Winston Churchill-
Kalangan akademisi tentu tersentak dengan adanya
dugaan perkara korupsi yang melibatkan Rektor
Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) terkait dana (Corporate Social
Responcibility) CSR PT Antam. Surat kabar lokal Jawa tengah menuliskan tiga
pasal yang didakwa atas yang dilakukan penyimpangan bersama tiga orang lainnya.
Dalam berita tersebut juga ditampilkan foto rektor dikawal setelah menjalani
sidang tipikor. Bisa saja, ia
benar-benar korupsi atau karena kelalaian yang disebabkan oleh bawahannya, biar
pengadilan yang mengetuk palu.
Sungguh miris menyaksikan seorang
rektor harus duduk pesakitan di kursi dakwaan. Karir dan institusi harus
tergadaikan karena uang dan keserakahan oknum tertentu.
doc:voaindonesia.com |
Rektor yang juga dosen, notabene adalah simbol pemimpin universitas sekaligus pendidik mahasiswa. Rektor adalah simbol universitas, simbol pencapaian intelektual. Universitas tempat dimana ranah intelektual dan dialektika dilahirkan dan dibentuk. Sehingga, salah satu tolak ukur kualitas pendidikan di universitas tergantung dari kepemimpinan sang rektor.
Tapi, apa jadinya jika dosen-dosen di universitas selama ini hanya mencari uang? Mencari biaya penelitian untuk kepentingan pribadi. Mengejar jam terbang agar mendapat honor yang lebih banyak. Meninggalkan jam kuliah karena mengerjakan proyek? Toh, gaji dan mungkin sertifikasi yang didapatkan tidak juga mencukupi kebutuhan hidup untuk beli mobil baru dan plesiran ke luar negeri. Jangan tanyakan bagaimana perilaku dan keluaran mahasiswanya.
Mudah-mudahan ini hanya ada di negeri
antah berantah, karena nyatanya masih banyak dosen yang mengajarkan
kebijaksanaan dan mendidik sepenuh hati.
Toh, kasus yang saya sebutkan hanya
di satu universitas dan tidak boleh digeneralisasi bahwa semua dosen atau rektor
melakukan hal itu.
Uang dan materi bukan segalanya, tapi
keserakahan bisa menjebak seseorang tanpa mengenal status, intelektual dan
jabatan. Dosen, rektor hingga pejabat yang memiliki gaji hingga setengah milyar
pun tak lepas dari jerat ketamakan.
Jadi, ingat pesan Bang Napi:
“Kejahatan bisa terjadi bukan saja
karena ada niat si pelaku, tapi
kejahatan juga bisa terjadi karena
ada kesempatan.
Waspadalah,,
waspadalah,, waspadalah!!!
Satu kasus yang bisa menjadi contoh. Apalagi Unhas yang sedang menghadapi pemilihan rektor periode berikutnya. Berharap rektor berikutnya, bisa membawa almamater merah lebih baik lagi.
BalasHapus